JAKARTA – Skor tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup melemah 81 poin ke level Rp16.260 per Simbol Dolar pasca sebelumnya sempat menguat ke Rp16.179 per USD. Mengutip data Bloomberg, rupiah hari ini sempat dibuka pada level Rp16.261 per USD.
Pengamat pangsa uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar Amerika Serikat menguat dikarenakan beragam data Amerika Serikat bukan berbagai menggoyahkan pandangan bahwa perekonomian masih di kondisi yang dimaksud kuat, menunjukkan Federal Reserve kemungkinan akan menunda penurunan suku bunga pertamanya sejak tahun 2020 hingga akhir tahun ini dan juga memanasnya eskalasi Iran negara Israel berubah menjadi fokus.
Komentar dari Presiden Fed New York John Williams yang menyatakan tiada ada keperluan mendesak untuk menurunkan suku bunga ketika ini mengingat kekuatan perekonomian, juga membantu mengangkat dolar. Presiden Fed New York setiap saat bermetamorfosis menjadi pemilih dalam komite penetapan kebijakan bank sentral.
“Namun data perekonomian Negeri Paman Sam yang dimaksud kuat serta pemuaian yang tersebut terus berlanjut sudah pernah memacu penanam modal untuk secara besar memikirkan kembali kemungkinan The Fed menurunkan suku bunganya di waktu dekat,” tulis Ibrahim pada risetnya, hari terakhir pekan (19/4/2024).
Kemudian,eskalasi Iran-Israel berubah menjadi fokus setelahnya laporan ledakan ke seluruh Iran Berbagai laporan media, termasuk dari kantor berita Iran, menunjukkan ledakan dalam beberapa wilayah Iran, Suriah kemudian Irak. Beberapa outlet berita Negeri Paman Sam melaporkan para pejabat Amerika Serikat memaparkan bahwa negeri Israel sudah pernah melakukan serangan balik terhadap Iran melawan serangan minggu lalu.
Adapun yang dimaksud berubah menjadi perhatian khusus adalah ledakan dalam kota Isfahan, yang digunakan terletak di dalam dekat beberapa sarana nuklir Iran. Iran awal pekan ini telah dilakukan memberi peringatan negeri Israel agar tiada menyerang laman nuklirnya, kemudian bahkan mungkin saja mempertimbangkan kembali pembuatan senjata nuklir di skenario seperti itu.
Dari sentimen domestik, Bank Indonesi (BI) menegaskan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) permanen terjaga, di sedang dampak konflik geopolitik antara Iran-Israel. Terbaru, negeri Israel meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran pada hari terakhir pekan (19/4/2024) dini hari.
BI menegaskan bahwa sektor ekonomi Indonesi diantaranya salah satu negara emerging market (EMEs) yang mana kuat pada menghadapi dampak rambatan global akibat ketidakpastian penurunan Fed Fund Rate (FFR) lalu meningkatnya ketegangan geopolitik ke Timur Tengah.
Hal ini ditopang oleh kebijakan moneter serta fiskal yang digunakan pruden lalu terkoordinasi erat. Untuk menguatkan ketahanan eksternal dimaksud, komitmen kuat Bank Tanah Air untuk stabilisasi nilai tukar bermetamorfosis menjadi bagian penting. Demikian pula pengelolaan aliran portfolio asing yang mana ramah pasar, satu di antaranya operası moneter yang mana pro-market serta terintegrasi dengan pendalaman pangsa uang, mengupayakan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Guna mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, BI akan melakukan beberapa orang langkah antisipatif diantaranya, yakni merawat kestabilan rupiah melalui merawat keseimbangan supply-demand valas dalam market melalui triple intervention khususnya ke spot kemudian DNDF (Domestic Non Deliverable Forward).
Kemudian, BI akan meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk menggalakkan capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dan juga hedging cost, dan juga melakukan koordinasi kemudian komunikasi dengan stakeholder terkait. Dengan demikian, untuk perdagangan pekan depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif kemudian ditutup menguat di dalam rentang Rp16.210 – Rp16.300.
Artikel ini disadur dari Rupiah Keok Lagi, Tembus Rp16.260 per USD Sore Ini
