JAKARTA – Angka dunia usaha digital di Indonesi diperkirakan naik tiga kali lipat pada tahun 2030, dalam mana pada periode yang dimaksud angkanya diproyeksi mencapai USD210-USD360 miliar atau setara Rp3.409 – 5.832 triliun (kurs Rp16.200 per USD).
Nilai ekonomi ke Tanah Air ini berdasarkan prediksi Google, Temasek, serta Bain & Company yang dimaksud disampaikan Deputi Komisioner Pengawas Lembaga Biaya Organisasi Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro serta Lembaga Jasa Keuangan Lainnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jasmi.
Menurutnya, nilai sektor ekonomi digital Negara Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang sangat baik. Bahkan, Gross Merchandise Volume (GMV) ekonomi digital Nusantara diprediksi berkembang 15% berubah menjadi USD109 miliar pada 2025.
“Bahwa berdasarkan proyeksi Google, Temasek, kemudian Bain & Company di tahun 2023 tiada sanggup dipungkiri bahwa sektor ekonomi digital di dalam Negara Indonesia miliki prospek yang digunakan sangat baik, perkiraan GMV-nya itu sebesar 15% hingga 2025,” ungkap Jasmi di sebuah sesi diskusi, Hari Jumat (26/4/2024).
Gambaran perekonomian digital Nusantara yang dimaksud sejalan dengan pesatnya permintaan pembiayaan digital ketika ini. Jasmi mengatakan, tren kenaikan keperluan penduduk menggerakkan penyediaan jasa keuangan terus berinovasi, mengembangkan hasil atau perusahaan model yang tersebut sejalan dengan pemakaian digital oleh masyarakat. “Seperti pembiayaan pembelian hasil atau jasa melalui E-commerce,” ujarnya.
Terkait dengan itu, kata dia, OJK selaku regulator terus menggalakkan kebijakan yang dimaksud terbaik. Tujuannya menyeimbangkan aturan, pengawasan, serta perizinan sejalan dengan misi literasi keuangan.
“Dan membantu konsumen yang dimaksud optimal dan juga memitigasi hal yang timbul, dan juga memperkuat pengembangan bidang usaha agar dapat memberikan kebermanfaatan yang digunakan optimal bagi masyarakat, industri, serta perekonomian Indonesia,” tandasnya.
Artikel ini disadur dari Nilai Ekonomi Digital RI Diproyeksi Capai Rp5.832 Triliun di 2030
