Nasional

Menilai Narasi Hilirisasi Jokowi: Pahlawan Kesiangan

Berita.it.com – Nirmal Ilham
Tenaga Ahli DPR RI

PADA tahun 1960, Presiden Sukarno menginisiasi pembangunan Proyek Baja Trikora bekerja sejenis dengan Uni Soviet. Pada 20 Mei 1962 penyelenggaraan pabrik Cilegon Steel Mill dimulai (sekarang PT Krakatau Steel Tbk). Sukarno yang mana visioner memahami bahwa lapangan usaha besi dan juga baja adalah mother of industry. Karena semua lapangan usaha memerlukan besi kemudian baja. Maka Sukarno ingin meletakkan dasar penting bagi negara agraris untuk dapat menuju negara lapangan usaha dikemudian hari.

Pada masa itu Indonesia masih mengekspor kayu hutan secara gelondongan. Tapi terhadap sumber daya alam bijih besi yang digunakan strategis, Sukarno tidaklah mau mengekspornya secara mentah. Sukarno ingin bijih besi yang tersebut melimpah di dalam Sumatera, Jawa, Kalimantan lalu Sulawesi diolah di area di negeri. Karena akan mampu menggalang perkembangan lapangan usaha nasional yang digunakan mandiri, bernilai tambah tinggi dan juga berpengaruh bagi ekonomi.

Pembangunan pabrik smelter salah satu yang tersebut terbesar di tempat asia pada pada waktu itu dipilih di tempat tepi pantai Cilegon, Banten oleh Biro Perancang Negara (sekarang Bappenas). Lengkap dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pelabuhan dan juga jalur kereta api. Sumber materi bakarnya dari batubara Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Yang telah dilakukan dieksploitasi oleh Belanda sejak 1919. Lalu oleh Sukarno dijadikan Korporasi Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA) pada 1950 (Sekarang PT Bukit Asam Tbk).

Artinya Sukarno-lah yang mana pertama kali melakukan proses pengolahan lebih lanjut sumber daya alam tambang. Dan Sukarno memulainya dari sektor yang tersebut utama, besi dan juga baja. Selanjutnya Sukarno merancang agar tambang bijih besinya punya negara, pabrik smelternya dimiliki oleh negara, juga substansi bakar batubaranya dari perusahaan negara. Hasilnya untuk memenuhi keperluan di negeri yang utama, sisanya diekspor. Sesuai dengan semangat “Berdikari Dalam Ekonomi”.

Namun pihak barat yang dimaksud dipelopori Amerika tak mau mengamati Indonesia menuju negara industri. Mengadopsi teknologi Uni Soviet yang canggih. Dan kedekatan Indonesia-Uni Soviet. Amerika lalu menghasilkan krisis perekonomian di tempat Indonesia sehingga kenaikan harga tinggi lalu terpaksa mengeluarkan kebijakkan sanering. Selanjutnya operasi CIA pada tujuh percobaan pembunuhan Sukarno. Dan berakhir dengan dikudetanya Sukarno oleh our local army friends kata dinas rahasia Amerika tersebut.

Jenderal Suharto yang dimaksud mengamati terhentinya perkembangan pengolahan besi baja terpadu itu. Mengambil tanggung jawab untuk melanjutkannya. Kemudian keluarlah Peraturan pemerintahan No 35 tahun 1970 untuk didirikannya PT Krakatau Steel (Persero). Teknologinya bekerjasama dengan Jerman Barat. Artinya Suharto memulai proses pengolahan lebih lanjut tambang sejak awal naik menjadi presiden, dengan mengambil berbagai risiko yang dapat terjadi dari ketidaksukaan pihak barat.

Pada 6 Januari 1976, Suharto mendirikan pabrik pengolahan alumunium juga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai sumber energinya dalam Asahan, Sumatera Utara. Perusahaannya bernama Nippon Asahan Alumunium, oleh sebab itu 90 persen sahamnya dimiliki Negeri Sakura dengan 12 perusahaan besar diantaranya Mitsubishi, Sumitomo serta Mitsui. 10 persen sisanya dimiliki pemerintah Indonesia.

Sesuai perjanjian, kepemilikan saham Negeri Sakura harus dikurangi secara bertahap seiring berjalannya waktu produksi. Hingga akhirnya pada 9 Desember 2013 seluruh sahamnya dipegang oleh pemerintah Indonesia. Yang kemudian mengganti namanya menjadi PT Inalum (Indonesia Asahan Alumunium).

PT Inalum inilah yang digunakan menjadi andalan Jokowi di membentuk holding BUMN pertambangan MIND ID (Mining Industry Indonesia penggabungan PT Inalum, PT Bukit Asam, PT Aneka Tambang dan juga PT Timah). PT Inalum jugalah yang tersebut ditugaskan Jokowi untuk menguasai 51 persen saham PT Freeport Indonesia, 20 persen saham PT Vale Indonesia serta mendirikan PT Industri Baterei Indonesia bersatu PLN, Pertamina lalu Aneka Tambang.

Sehingga ketika Presiden Jokowi mengungkapkan Indonesia sejak dari jaman Belanda hingga sekarang setiap saat mengekspor materi mentah dari sumber daya alam tambang. Terlihat Jokowi mencoba menutupi sejarah Sukarno juga Suharto yang mana setengah abad lalu telah melakukan pengembangan lebih lanjut tambang. Dalam hal ini Jokowi seperti ingin tampil hebat, padahal yang mana sebenarnya hebat adalah Sukarno dan juga Suharto. Karena merek berani meletakkan visi serta tarif diri bangsanya pada tempat tertinggi pada melakukan hilirisasi. Walaupun semua tahu Indonesia waktu itu masih miskin kemudian bodoh.

Dan ketika Presiden Jokowi menyatakan proses pengolahan lebih lanjut tambang nikel harus dimulai serta diteruskan, tak peduli dengan gugatan pihak barat. Tampak Jokowi mencoba tampil bak pahlawan, padahal itu dilaksanakan di area sisa akhir masa jabatannya. Tidak sebanding dengan sejarah heroik Suharto yang tersebut melakukan pengembangan lebih lanjut tambang bijih besi serta alumunium di tempat awal masa jabatannya. Sehingga sangat pantas apabila pada kebijakkan proses pengolahan lebih lanjut tambang, Jokowi diberi julukan “Pahlawan Kesiangan”.

Rifaldi Andrean

Pencinta kata-kata yang mengejar kebenaran. Menyajikan berita dengan kejelasan dan kecerdasan. Membuka pintu dunia melalui tulisan-tulisan yang menyeluruh dan informatif. Selalu berusaha untuk memberikan wawasan yang mendalam kepada pembaca. Menulis dengan hati, mencerahkan dengan kata-kata.

Related Articles

Back to top button