Kesehatan

Kemenkes Siap Gelar Tes kemudian Vaksinasi Kanker Serviks, Kapan Tanggal Pelaksanaannya?

Berita.it.com – Kementerian Bidang Kesehatan (Kemenkes) Indonesia berazam untuk menurunkan bilangan bulat kematian akibat tumor ganas serviks atau tumor ganas leher rahim di dalam tanah air. Untuk mencapai tujuan ini, Kemenkes akan meluncurkan kegiatan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus) serta skrining tes DNA HPV untuk perempuan dewasa dengan rentang usia 30 hingga 69 tahun.

Langkah jadi bagian Rencana Aksi Nasional atau RAN eliminasi neoplasma leher rahim dua fase, fase 1 pada 2023-2027 juga fase 2 pada 2028-2030 meliputi vaksinasi, skrining, lalu tata laksana.

Saat ini sudah ada berlangsung kegiatan vaksinasi HPV (human papilloma virus) pada anak perempuan usia 11 lalu 12 tahun, kelas 5 dan juga kelas 6 SD atau sederajat untuk yang tersebut tak bersekolah dengan target 90 persen.

Dilanjutkan dengan vaksinasi HPV lengkap dengan target 90 persen untuk anak perempuan dan juga laki-laki usia 11 dan juga 12 tahun.

Ilustrasi tumor ganas serviks. (ANTARA/Pexels)
Ilustrasi tumor ganas serviks. (ANTARA/Pexels)

Program dilanjutkan dengan vaksinasi lanjutan untuk usia 15 tahun dan juga semua perempuan dewasa yang tersebut berusia di area melawan 21 hingga 26 tahun sesuai permintaan serta kebutuhan.

“Untuk usia 21 hingga 26 tahun ini, kami akan minta untuk mandiri, jadi ia tidaklah masuk pada kegiatan nasional tetapi acara mandiri. Mereka yang digunakan ingin lalu membutuhkan akan kita dorong untuk mendapatkan vaksinasi,” ujar Ketua kelompok kerja penyakit karsinoma dan juga kelainan darah PTM Kementerian Kesehatan, dr. Sandra melalui keterangan yang digunakan diterima suara.com, Rabu (23/2/2024).

Skrining tumor ganas serviks untuk perempuan dewasa

Untuk skrining fase pertama, Kemenkes memiliki target 70 persen perempuan berusia 30 hingga 69 tahun diskrining menggunakan tes DNA HPV.

Sedangkan fase kedua, Kemenkes memiliki target 75 persen perempuan berusia antara 30 hingga 69 tahun melakukan skrining setiap 10 tahun sekali. Metode utama skrining pada dua fase ini akan menggunakan tes DNA HPV.

“Kalau skrining, kami akan skrining seluruhnya (perempuan) usia 30 sampai 69 yang dimaksud belum diskrining menggunakan tes DNA HPV lalu kotesting dengan IVA. Pemeriksaan HPV itu menggunakan (alat) inspekulo sehingga sekaligus kita lihat, kita kerjakan IVA juga, kita juga dapatkan lesi prakanker akibat lesi prakanker itu juga bagian untuk mendapatkan deteksi dini,” lanjut dr. Sandra.

Dalam skrining, diadakan juga kotesting, yakni dua jenis tes secara bersamaan. Selain tes DNA HPV, Kemenkes akan melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk membantu mengidentifikasi pembaharuan sel pada leher rahim.

Kotesting ini dimungkinkan oleh sebab itu skrining HPV dijalankan menggunakan alat yang dimaksud disebut inspekulo agar dokter dapat mengambil sampel jaringan untuk tes HPV. Melalui proses ini, dokter tak belaka dapat mengambil sampel, tetapi juga mengamati secara langsung untuk menggunakan IVA untuk mencari tanda atau lesi pra-kanker pada leher rahim.

Skrining ini memenuhi tujuan deteksi dini infeksi HPV juga lesi pra-kanker. Deteksi dini ini agar dapat dijalankan juga tata laksana yang digunakan tepat waktu yang tersebut meningkatkan potensi sembuh.

Untuk tatalaksana, Kemenkes menyediakan jalur perawatan tepat waktu lalu komprehensif bagi perempuan dengan lesi prakanker atau perempuan yang digunakan terdiagnosis karsinoma leher rahim agar mempunyai akses terhadap perawatan lalu perawatan yang digunakan berkualitas.

Rifaldi Andrean

Pencinta kata-kata yang mengejar kebenaran. Menyajikan berita dengan kejelasan dan kecerdasan. Membuka pintu dunia melalui tulisan-tulisan yang menyeluruh dan informatif. Selalu berusaha untuk memberikan wawasan yang mendalam kepada pembaca. Menulis dengan hati, mencerahkan dengan kata-kata.

Related Articles

Back to top button