Berita.it.com – JAKARTA – Bumi maya heboh setelahnya kemunculan emoji bendera Palestina pada waktu pengguna mengetik kata Yerusalem. Tantangan ini muncul setelahnya pembaruan perangkat lunak Apple baru-baru ini secara otomatis menyarankan emoji bendera Palestina, yang dimaksud menuai kritik dari presenter TV Inggris Rachel Riley, pendukung vokal Israel.
Riley menyoroti anomali yang dimaksud via sistem X. “Dear @Apple @applesupport @tim_cook Saya baru cuma memperbarui perangkat lunak saya ke versi iOS 17.4.1, serta sekarang, ketika saya mengetik ibu kota Israel, Yerusalem, saya ditawari emoji bendera Palestina. Hal ini tiada terjadi pada ponsel saya sebelum pembaruan ini.”
Riley menuduh perusahaan dengan syarat Amerika Serikat ini menerapkan standar ganda yang dimaksud dipandang sebagai bentuk antisemitisme ketika merujuk pada Israel. Seorang pakar media sosial menyarankan bahwa permasalahan yang disebutkan bisa saja jadi akibat dari intervensi manusia.
“Tidak ada yang tersebut inheren salah dengan mengaitkan Yerusalem dengan Palestina, tetapi pilihan pengaturan default Apple memerlukan pembenaran, khususnya mengingat kemungkinan implikasi diskriminatif dari tindakan ini,” kata Tom Divon, peneliti di dalam Universitas Ibrani Yerusalem, di sebuah wawancara dengan The Telegraph yang tersebut dilansir Hari Sabtu (13/4/2024).
Produsen iPhone pun menanggapi dengan berimbang bahwa inovasi yang dijalankan pada keyboard yang dimaksud tidak ada disengaja juga mengikuti pembaruan perangkat lunak baru-baru ini. Juru bicara Apple menjelaskan bahwa bendera Palestina adalah hasil dari bug di emoji prediktif lalu kondisi ini akan diperbaiki di pembaruan perangkat lunak iOS yang tersebut baru.
Status Yerusalem selalu menuai respons kontroversial. Perkotaan ini terbagi dengan negeri Israel namun masih dipandang sebagai wilayah Palestina oleh PBB.
Pengakuan mantan Presiden Negeri Paman Sam Donald Trump melawan Yerusalem sebagai ibu kota negara Israel pada tahun 2017, menarik kecaman dari komunitas internasional kemudian pemimpin Palestina, yang menggambarkan langkah yang disebutkan sebagai “langkah tercela juga tiada dapat diterima (yang) dengan sengaja merusak semua upaya perdamaian.”
