Kesehatan

Dibanding Makan Siang Gratis, Peneliti Lebih Setuju Sarapan Gratis Gizi Lengkap: Lebih Sehat!

Berita.it.com – Alih-alih kegiatan makan siang gratis, peneliti lebih lanjut menyarankan pemberian sarapan gratis gizi lengkap, sebab bisa jadi jadi solusi berbagai permasalahan kondisi tubuh seperti malnutrisi, obesitas, hingga stunting.

Saran ini disampaikan segera Wakil Ketua Umum Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI), Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, M.Gizi, Sp.Gk yang dimaksud menjelaskan sarapan gratis gizi lengkap tidak cuma bermanfaat untuk anak-anak, tapi juga orang dewasa.

“Jadi kemarin heboh perihal makan siang gratis. Tapi saya usulkan tidak masakan siang gratis, jadi usulkan pemasaran makan pagi lengkap, untuk anak juga dewasa dua fungsinya, menjaga dari obesitas dan juga cegah stunting dan juga kurang gizi,” ujar Dr. Gaga di acara diskusi Hari Obesitas Sedunia oleh Novo Nordisk di tempat Ibukota Indonesia Selatan, hari terakhir pekan (1/3/2024).

Lebih lanjut, dokter yang digunakan bergabung di HISOBI yang diketuai Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono itu menjelaskan sarapan gizi lengkap bisa saja memudahkan kerja para istri kemudian suami agar lebih lanjut sehat sebelum memulai hari.

Bahkan makan nasi di area pagi hari melalui sarapan gratis gizi lengkap juga menurutnya bisa saja menjaga dari obesitas pada orang dewasa hingga menurunkan penyakit kronis seperti diabetes.

“Bukan cuma anaknya, makan nasi lengkap di tempat pagi hari itu menjaga dari obesitas lalu mengurangi stunting juga malnutrisi pada anak, lalu termasuk penyakit kronis. Kebiasaan makan pagi yang baik penurunan diabetes,” paparnya.

Dokter gizi klinik alumni Universitas Padjadjaran (Unpad) itu menambahkan, pada waktu ini Indonesia, bahkan dunia, dihadapkan pada hambatan tingginya hitungan penyakit gula yang digunakan terus bertambah dari tahun ke tahun.

“Obesitas juga obesitas sentral merupakan salah satu hambatan kebugaran global, diperkirakan 1,9 miliar orang akan menderita obesitas pada 2035. Maka dari itu, sangatlah penting untuk tiada meremehkan kompleksitas ilmiah dari penyakit ini,” sambung Dr. Gaga.

Di acara yang tersebut sama, turut hadir juga Ketua Tim Kerja Penyakit Diabetes Melitus juga Gangguan Metabolik Kemenkes, dr. Esti Widiastuti, MScPH yang tersebut memaparkan data Investigasi Kesejahteraan Dasar 2007, 2013, kemudian 2018 yang menunjukkan kenaikan perkara obesitas pada usia pada menghadapi 18 tahun, yaitu 1 dari 3 orang dewasa mengalami obesitas.

“35,4 persen atau setara 68 jt orang dewasa di area Indonesia pada kondisi obesitas. Sedangkan obesitas pada anak dialami 20 persen alias 1 dari 5 anak Indonesia usia 5 hingga 12 tahun pada kondisi berat badan berlebih (overweight) atau obesitas,” papar dr. Esti.

Obesitas adalah kondisi yang mana menggambarkan seseorang mempunyai badan berlebih, kegemukan, dan juga mengandung banyak lemak pada tubuhnya.

Hal yang mana serupa juga diutarakan Clinical, Medical, and Regulatory Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny Meisha Tarliman yang dimaksud menjelaskan kunci mengatasi obesitas bukanlah sekadar mengubah gaya hidup, tapi juga memerlukan lingkungan yang digunakan mengupayakan pola hidup sehat, termasuk gencar pemberian edukasi kemudian advokasi untuk masyarakat.

“Sejalan dengan kementerian, Novo Nordisk Indonesia berjanji untuk mengupayakan pembaharuan di penanganan obesitas dengan berfokus pada edukasi, advokasi dan juga riset, dan juga bekerja identik dengan berbagai pihak terkait. Dari tahun ke tahun, Novo Nordisk Indonesia senantiasa terlibat berpartisipasi di meningkatkan kesadaran warga serta memberikan edukasi terkait obesitas melalui berbagai inisiatif,” timpal dr. Riyanny.

Rifaldi Andrean

Pencinta kata-kata yang mengejar kebenaran. Menyajikan berita dengan kejelasan dan kecerdasan. Membuka pintu dunia melalui tulisan-tulisan yang menyeluruh dan informatif. Selalu berusaha untuk memberikan wawasan yang mendalam kepada pembaca. Menulis dengan hati, mencerahkan dengan kata-kata.

Related Articles

Back to top button