Berita.it.com – JAKARTA – Grup ekonomi BRICS akan tetap memperlihatkan mempertahankan namanya ketika ini meskipun sudah pernah terjadi ekspansi di dalam blok tersebut. Menurut Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov, yang mana juga merupakan sherpa Rusia di kelompok tersebut, hal itu oleh sebab itu BRICS adalah merek “merek dagang” yang dimaksud telah dikenal.
“Satu hal yang dimaksud harus diperjelas: Para pemimpin dalam Johannesburg setuju bahwa meskipun terjadi ekspansi pada tanggal 1 Januari, kelompok baru yang digunakan lebih banyak besar akan masih menggunakan namanya, BRICS. Titik. Bukan ‘BRICS-plus’, tapi BRICS. Itu sebuah merek. Itu adalah merek dagang terkenal. Dan hal ini akan masih seperti itu,” ungkap Ryabkov seperti dilansir Russia Today, Hari Sabtu (16/3/2024).
Ryabkov mengacu pada KTT BRICS tahun 2023 di dalam Johannesburg, Afrika Selatan, pada mana anggota baru secara resmi diundang untuk bergabung dengan kelompok tersebut. BRICS adalah singkatan dari Brazil, Russia, India, China, kemudian South Africa, yang merupakan anggota awal blok tersebut.
Lima negara lainnya – Ethiopia, Arab Saudi, Iran, Mesir, serta Uni Emirat Arab – bergabung dengan BRICS pada awal tahun ini sebagai bagian dari ekspansi besar-besaran. Organisasi itu juga tetap memperlihatkan membiarkan pintu terbuka untuk penambahan anggota lebih tinggi lanjut.
BRICS yang dimaksud diperluas menyumbang sekitar 30% perekonomian global, serta miliki total populasi sekitar 3,5 miliar, atau 45% dari penduduk dunia.
Pengaruh kebijakan pemerintah juga sektor ekonomi blok yang dimaksud telah dilakukan meningkat secara signifikan sejak sanksi keras diberlakukan terhadap Rusia oleh Amerika Serikat juga sekutunya setelahnya dimulainya konflik negara Ukraina pada tahun 2022. Anggota BRICS belum bergabung dengan kampanye Barat lalu melanjutkan atau meningkatkan perdagangan dengan Rusia.
Banyak negara lain yang tersebut telah lama menyatakan minatnya untuk menjadi anggota BRICS, serta beberapa telah terjadi secara resmi mengajukan permohonan, termasuk Venezuela, Thailand, Senegal, Kuba, Kazakhstan, Belarusia, Bahrain, kemudian Pakistan.
