Kesehatan

Ahli Bedah Bariatrik Sebut Pasien Obesitas Tidak Perlu Konsumsi Gula, Ini adalah Alasannya!

Berita.it.com – Dokter ahli bedah bariatrik mengungkapkan pasien obesitas tidaklah memerlukan asupan gula lalu pola makan seimbang, agar cadangan lemak di dalam tubuhnya dapat diproses menjadi gula sebagai sumber energi.

Fakta ini diungkap segera Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif, Dr.dr.Peter Ian Limas, Sp.B-kbd yang dimaksud menceritakan berdasarkan pengalaman hasil tes urin (air kencing) pasien obesitas yang tersebut ditanganinya banyak ditemukan keton atau zat hasil akhir dari metabolit lemak

“Pasien-pasien saya kalau diperiksa kencingnya banyak benda atau zat ketonnya namanya, kayak diet keton kalau dicek urinnya sejumlah benda keton, benda keton itu kan benda atau zat dari pemecahan lipid,” ujar Dr. Peter melalui keterangan yang tersebut diterima suara.com, Kamis (7/3/2024).

Obesitas (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)
Obesitas (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Inilah sebabnya Dr. Peter tidak ada permasalahan apabila pasien obesitas, bukan mengonsumsi gula termasuk di area antaranya karbohidrat sederhana.

Dokter yang tersebut berpraktik di tempat RS Sumber Waras itu juga mengingatkan pasien obesitas tidak ada perlu khawatir lemas atau sakit akibat tiada mendapat asupan gula, lantaran otomatis tubuh akan berjuang mengatasinya dengan mempercepat metabolisme pemanfaatan cadangan lemak tubuh sebagai sumber energi.

“No problem (tidak konsumsi gula), jadi lemak dipecah dengan proses glikogenesis menjadi gula, jadi nggak perlu gula banyak di dalam tubuh kita. Lemak dijadikan gula, gulanya dibakar sebagai energi,” papar Dr. Peter.

Bahkan alih-alih konsumsi sumber makanan yang dimaksud mudah dipecah menjadi gula, dokter yang dimaksud kerap mengkombinasi tindakan bedah bariatrik dengan inisiatif Allurion Gastric Balloon itu lebih banyak menyarankan pasien obesitas yang mana ditanganinya belaka konsumsi protein lalu serat.

“Apalagi (jatah) makanan tinggal sedikit, makanan itu harus diisi yang dimaksud dibutuhkan tubuh. Kita harus makan protein, protein, protein serta diharapkan menjadi pemakan protein dan juga serat, dengan sangat sedikit karbo,” jelas Dr. Peter yang tersebut telah melakukan inisiatif Allurion terhadap 100 pasien obesitas.

Bedah bariatrik adalah prosedur yang dimaksud dijalankan untuk membantu pasien terhindar dari penyakit komplikasi akibat obesitas, serta penyakit metabolik lainnya dengan penurunan berat badan. Tindakan ini umumnya dikenal dengan operasi potong lambung, menghasilkan ukuran lambung jadi lebih tinggi kecil.

Sedangkan acara Allurion balon lambung atau gastric balloon adalah prosedur penurunan berat badan dengan memasang balon ke di organ lambung. Prosedur ini bukan memerlukan pembedahan atau operasi, tapi dengan cara mengonsumsi pil yang tersebut nantinya mengembang menjadi balon silikon pada di lambung berisi udara yang digunakan aman, serta di waktu 4 bulan akan luruh dengan dengan feses atau sisa makanan.

Baik bariatrik juga balon lambung sama-sama ampuh untuk mengontrol nafsu makan, sehingga makan sedikit telah mengenyangkan akibat kapasitas lambung jadi tambahan kecil. Hanya hanya bedanya melalui tindakan invasif (pembedahan) vs non invasif (tanpa pembedahan).

Di sisi lain, President Direktur PT Regenesis Indonesia Proyek Allurion dengan Ballon Gastric, Ir Emmy Noviawati mengingatkan pengaplikasian gastric balloon tetap memperlihatkan perlu membutuhkan inovasi gaya hidup sehat. Bahkan menurutnya, sebelum tindakan medis yang disebutkan tubuh harus mempersiapkan diri melakukan gaya hidup sehat agar berat badan terkontrol dan juga tiada kembali menjadi obesitas.

“Jadi kegiatan ini bukanlah hanya saja bantu output bagus tapi secara kebugaran atau awareness untuk hidup lebih tinggi sehat, bukanlah belaka look good (penampilan bagus) tapi juga feel good (perasaan lebih lanjut baik serta lalu sehat),” jelas Emmy.

Ini sebabnya Dr. Peter mengingatkan agar tak terjadi diet yoyo atau penurunan berat badan lalu berat badan kembali dengan bobot yang tersebut tambahan besar, inovasi gaya hidup harus jadi tujuan utama.

“Lifestyle change (perubahan gaya hidup) itu yang dituju, itu kalau tidaklah ada yoyo lagi. Kalau tidak ada olahraga, turun 7 kilogram malah naiknya 12 kilogram. Kalau ini turun nya bagus pelan-pelan, naiknya mudah-mudahan tak banyak, lalu lifestyle change terjadi,” pungkas Dr. Peter.

Rifaldi Andrean

Pencinta kata-kata yang mengejar kebenaran. Menyajikan berita dengan kejelasan dan kecerdasan. Membuka pintu dunia melalui tulisan-tulisan yang menyeluruh dan informatif. Selalu berusaha untuk memberikan wawasan yang mendalam kepada pembaca. Menulis dengan hati, mencerahkan dengan kata-kata.

Related Articles

Back to top button